Pergantian tahun adalah kesempatan baru. Kesempatan untuk menjadikan hidup lebih baik. Bukan sekedar perayaan pergantian tahun. Sangat jarang bagi saya untuk merayakan tahun baru setiap tahunnya. Bahkan untuk sekedar bakar-bakar ikan atau kumpul bersama. Seingat saya itu terjadi beberapa tahun lalu di kompleks perumahan. Selebihnya, saya merasa nyaman berada di rumah dengan berbagai aktivitas seperti biasa. Berada di rumah membuat saya merasa “damai”, jauh dari suara bising yang kadang bisa membuat migren saya tiba-tiba kambuh.
Tahun-tahun sebelumnya penuh dengan pengalaman yang berharga. Bagi saya, awal tahun baru bisa saya anggap sebagai refleksi diri. Melakukan perenungan-perenungan mengenai apapun yang sudah saya lewati pada tahun-tahun sebelumnya. Tentu saja banyak hal yang terjadi dalam hidup. Kejadian yang membuat bahagia, sedih, susah, dan emosi-emosi lain yang menyertai.
Dari sekian banyak sesuatu yang singgah dalam hidup, waktu dan tenaga saya lebih banyak berfokus pada peran saya sebagai istri dan ibu rumah tangga sekaligus sebagai ibu pekerja.
Betapa riuhnya peran yang saya jalani. Sebagai ibu saya selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk keluarga. Mengurus segala keperluan rumah tangga, bersamaan dengan itu mengerjakan tugas kantor yang kadang datangnya tanpa permisi dan harus dikerjakan saat itu juga, sekalipun itu di hari libur.
Tidak mudah. Terkadang saya abai dalam mengatur waktu. Selalu mengandalkan multitasking yaitu mengerjakan beberapa pekerjaan dalam satu waktu, yang ternyata membuat saya kehilangan fokus. Sekali dua kali mungkin pekerjaan berjalan mulus, tapi lama-lama malah mengganggu produktivitas. Kadang pula perasaan malas ikut menghantui. Kalau sudah seperti itu, menunda pekerjaan menjadi pilihan saya.Tentu yang saya lakukan ini sangat merugikan diri sendiri. Pekerjaan kantor tidak maksimal dan ada saja pekerjaan rumah tangga yang tidak tersentuh akhirnya menumpuk.
Kadang saya merasa lelah dengan rutinitas bak roda berputar itu, hanya itu-itu saja. Saya butuh menenangkan diri. Saya merasa perlu mengistirahatkan diri setelah aktivitas seharian yang banyak menguras tenaga dan pikiran. Pada malam hari, setelah anak-anak tidur, adalah waktu terbaik bagi saya. Sesekali saya menulis ringan. Sesekali mengerjakan tugas kantor yang mendesak. Dan berkali-kali scroll sosmed!
Kebiasaan scroll sosmed yang saya anggap sebagai “me time” sebelum tidur malah menjadi momok bagi saya. Malam telah larut tapi kantuk tak kunjung tiba. Padahal besok saya harus bangun pagi menyiapkan diri untuk beraktivitas kembali. Alih-alih bisa masak lengkap, malah membeli lauk pauk untuk makan siang karena hanya sempat masak untuk sarapan. Yang tadinya bisa hemat anggaran belanja, malah bocor lagi.
Tak jarang, pak suami memberi nasihat, bahwa yang saya lakukan sangat merugikan kesehatan. Mengerjakan tugas kantor pada jam tidur malam apalagi dilanjut bersosmed ria.
Walaupun bukan setiap hari, tetap saja tidak baik. Keesokannya di kantor, sudah pasti kurang stamina karena terserang kantuk. Hal ini membuat saya menjadi kurang produktif. Belum lagi wajah terlihat kusut dan mata panda kian menebal. Kalau sudah begitu, saya bisa kesal sendiri dan merasa menyesal.
Hal ini membuat saya sadar bahwa teknologi smartphone yang sangat mempermudah hidup, nyatanya bisa menyusahkan karena tidak digunakan dengan bijak. Sudah pasti mempengaruhi kesehatan karena kualitas tidur yang buruk gara-gara asyik main hp.
Apalagi usia yang sudah hampir menginjak 40 tahun di tahun 2025 ini, saya masih cuek dengan kesehatan. Makan masih asal masuk perut saja, yang penting enak walaupun belum tentu ada gizinya. Makanan anak-anak yang tidak habis, akan saya habiskan dengan alasan takut mubazir. Olahraga sangat minim, hanya seminggu sekali. Itupun sekedar jalan-jalan pagi bersama pak suami. Bukan olahraga tapi lebih tepatnya menuruti paksaan pak suami yang miris melihat istrinya makin mager dan selalu mengeluh sakit padahal belum memasuki usia jompo.
Karena banyak kerugian yang saya dapatkan dari kebiasaan-kebiasaan buruk saya ini, saya mulai berkomitmen untuk melakukan perubahan-perubahan kecil. Anggap saja sebagai resolusi saya di tahun 2025.
Saya berharap, pelan-pelan bisa menghilangkan kebiasaan buruk. Fokus beribadah, lebih memperhatikan kesehatan fisik dan mental, tidur sebelum jam 10 malam, mulai rajin menulis lagi, aktif nge-blog, bisa lebih hemat, mengurangi jajan manis-manis, olahraga 30 menit per hari no mager, tidak scroll sosmed 1 jam sebelum tidur dan masih banyak lagi hal yang ingin saya ubah.
Satu yang harus saya tanamkan dalam diri untuk melakukan perubahan-perubahan tersebut adalah melakukannya dengan konsisten. Bukan hanya semangat di awal, lalu kendor di kemudian hari. Tanpa konsisten semua akan sia-sia. Semoga tidak, ya.
Yang sulit pasti butuh perjuangan dan kerja keras. Harus memiliki jiwa pantang menyerah karena untuk menjadi lebih baik pasti ada saja godaan yang datang. Setiap langkah kecil yang saya ambil hari ini, saya yakin akan membawa saya untuk dekat dengan tujuan. Tujuan untuk menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat.
Dengan bekal semangat dan keyakinan ditambah doa yang tiada henti, semoga sejuta impian saya bisa terwujud. Aamiin
***
Mamuju, 20 Januari 2025.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar