Mamuju, 17 Desember 2022
13.33
Tadi pagi, seperti biasa di akhir pekan saya menyempatkan pergi ke pasar. Membeli bahan pangan di dapur yang mulai habis. Mulai dari telur, ikan, tempe tahu, sayuran sampai bumbu aromatik lainnya.
Tapi ada sesuatu yang membuat saya agak sedikit kesal tadi pagi.
Pada saat sudah selesai belanja, saya lupa belum membeli daun seledri. Akhirnya saya masuk kembali ke dalam pasar. Saya berhenti dan memilih daun seledri di meja sudut yang masih tampak segar. "Bu, beli daun seledri, 2000 aja Bu" si ibu tampak diam kemudian menjawab, "Yg mana itu?" suaranya agak ketus. "Ini, 2000 aja Bu" ulang saya sambil menyentuh seledri. "Daun sop itu, bukan apa tadi kita bilang?" Tadi menjawab ketus sekarang ngegas. Saya mengeluh dalam hati. "Daun seledri. Nama lainnya daun sop." kataku kemudian. "Bilang maki saja daun sop, jangan nama aneh-aneh kita kasihkan."
Auto kaget. Mimpi apa ya semalam, pagi-pagi sudah kena semprot ibu penjual 🥴🥴🥴
Penyebutan daun sop memang sudah lumrah. Saya pun dulu menyebutnya daun sop. Tapi sejak pernah ditegur oleh seseorang yang katanya, "Masa orang pertanian bilang daun sop?" Akhirnya saya mengubah kebiasaan penyebutan menjadi daun seledri 😅
Jadi ini bukan nama aneh-aneh ya Bu. Tapi nama aslinya daun sop 😀
Daripada saya bilang mau beli Apium graveolens ??? Ibu bakalan buka kamus bahasa ilmiah lho 😅😂😂
Dahh lahh 😄😄
Tidak ada komentar:
Posting Komentar